FAHAMISLAM
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

Attaubah 29 > Kenapa Romawi Diserang ?

Go down

Attaubah 29 > Kenapa Romawi Diserang ? Empty Attaubah 29 > Kenapa Romawi Diserang ?

Post  Admin Wed May 13, 2009 3:10 am

Kenapa Romawi diperangi ?
Surat Attaubah ayat 29 sering kali salah difahami sebagai suatu perintah dan kewajiban agama bagi muslim untuk senantiasa berperang dengan ahli kitab sebagai sebuah metode pemaksaan agama Islam kepada mereka. Ayat ini pula sering dipakai dasar tuduhan serupa oleh para pembenci Islam dan orang2 yang gagap sejarah. Berikut bunyi ayatnya :

Attaubah 29 :
Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak kepada hari kemudian, dan mereka tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah dan RasulNya dan tidak beragama dengan agama yang benar ,(yakni orang2) yang diberikan Al-Kitab kepada mereka,
sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk.

Tafsir Ibnu Kathir :
This honorable Ayah was revealed with the order to fight the People of the Book, after the pagans were defeated, the people entered Allah's religion in large numbers, and the Arabian Peninsula was secured under the Muslims' control. Allah commanded His Messenger to fight the People of the Scriptures, Jews and Christians, on the ninth year of Hijrah, and he prepared his army to fight the Romans and called the people to Jihad announcing his intent and destination. The Messenger sent his intent to various Arab areas around Al-Madinah to gather forces, and he collected an army of thirty thousand. Some people from Al-Madinah and some hypocrites, in and around it, lagged behind, for that year was a year of drought and intense heat. The Messenger of Allah marched, heading towards Ash-Sham to fight the Romans until he reached Tabuk, where he set camp for about twenty days next to its water resources. He then prayed to Allah for a decision and went back to Al-Madinah because it was a hard year and the people were weak, as we will mention, Allah willing.

Sebagaimana penjelasan Ibnu Kathir mengenai latar belakang ayat tsb, nampak jelas sudah bahwa saja ayat tersebut sangat mengandung nilai kasuistis yakni peperangan dengan bangsa Romawi.

Perjanjian damai tidak sejalan dgn teori perang abadi
Di dalam sebuah hadits diceritakan nabi saw berbicara perjanjian damai dgn romawi. Hadits menarik karena jikalau Attaubah ayat 29 diartikan sebagai perang abadi, dimana memerangi ahli kitab adalah kewajiban, maka perjanjian damai dgn ahli kitab adalah penolakan thd konsep perang abadi. Jika kemudian Rasulllah saw mengizinkan atau tidak menyalahkan adanya perjanjian damai, maka ayat ini tidak bisa difahami sbg perintah PERANG ABADI, karena perjanjian damai masih berpeluang di sana. Berikut bunyi haditsnya.

Sunan Abu Dawud, Book 008, Hadith Number 2761.
Narated By Dhu Mikhbar : Hassan ibn Atiyyah said: Makhul and Ibn Zakariyya went to Khalid ibn Ma'dan, and I also went along with them. He reported a tradition on the authority of Jubayr ibn Nufayr. He said: Go with us to Dhu Mikhbar, a man from the Companions of the Prophet (pbuh). We came to him and Jubayr asked him about peace. He said: I heard the Apostle of Allah (pbuh) say: You will make a secure peace with the Byzantines, then you and they will fight an enemy behind you.

Namun Sekarang pertanyaan adalah jika memang perintah perang ini bukanlah sebuah metode penyebaran agama maka seharusnya ada alasan rasional yang menyebabkan turunnya perintah memerangi Romawi ini. Sebab jika penyerangan thd romawi adalah penyerangan tanpa sebab, maka dapat dipastikan memang bahwa ayat ini tidak bersifat kasuistis dan mengandung ajaran perang abadi yang menjadi kewajiban kaum muslimin untuk selalu berada dalam situasi memerangi orang2 ahli kitab. Nah lalu KENAPA ROMAWI DISERANG ? mari kita liat beberapa catatan mengenai interaksi yang terjadi dgn Romawi sebelum perintah penyerangan ini turun dimana itu bisa dijadikan alasan penyerbuan ke Romawi.

A. Romawi secara diam-diam sudah membangun aliansi dgn orang2 nasrani yg berhubungan dgn nabi saw untuk melumpuhkan ummat Islam.
Dalam sebuah peristiwa yg terkenal yakni peristiwa penghancuran masjid Dhirar yang terekam dalam Quran surat Attaubah ayat 107 :

Attaubah 107 :
“Dan ada orang-orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan kemudharatan , untuk kekafiran dan untuk memecah belah antara orang-orang mu'min serta menunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu . Mereka Sesungguhnya bersumpah: "Kami tidak menghendaki selain kebaikan." Dan Allah menjadi saksi bahwa sesungguhnya mereka itu adalah pendusta.”

Tafsir Ibnu Kathir (9:107) :
The reason behind revealing these honorable Ayat is that before the Messenger of Allah migrated to Al-Madinah, there was a man from Al-Khazraj called "Abu `Amir Ar-Rahib (the Monk).'' This man embraced Christianity before Islam and read the Scriptures. During the time of Jahiliyyah, Abu `Amir was known for being a worshipper and being a notable person among Al-Khazraj. When the Messenger of Allah arrived at Al-Madinah after the Hijrah, the Muslims gathered around him and the word of Islam was triumphant on the day of Badr, causing Abu `Amir, the cursed one, to choke on his own saliva and announce his enmity to Islam. He fled from Al-Madinah to the idolators of Quraysh in Makkah to support them in the war against the Messenger of Allah . The Quraysh united their forces and the bedouins who joined them for the battle of Uhud, during which Allah tested the Muslims, but the good end is always for the pious and righteous people. The rebellious Abu `Amir dug many holes in the ground between the two camps, into one of which the Messenger fell, injuring his face and breaking one of his right lower teeth. He also sustained a head injury. Before the fighting started, Abu `Amir approached his people among the Ansar and tried to convince them to support and agree with him. When they recognized him, they said, "May Allah never burden an eye by seeing you, O Fasiq one, O enemy of Allah!'' They cursed him and he went back declaring, "By Allah! Evil has touched my people after I left.'' The Messenger of Allah called Abu `Amir to Allah and recited the Qur'an to him before his flight to Makkah, but he refused to embrace Islam and rebelled. The Messenger invoked Allah that Abu `Amir die as an outcast in an alien land, and his invocation came true. After the battle of Uhud was finished, Abu `Amir realized that the Messenger's call was still rising and gaining momentum, so he went to Heraclius, the emperor of Rome, asking for his aid against the Prophet . Heraclius gave him promises and Abu `Amir remained with him. He also wrote to several of his people in Al-Madinah, who embraced hypocrisy, promising and insinuating to them that he will lead an army to fight the Messenger of Allah to defeat him and his call. He ordered them to establish a stronghold where he could send his emissaries and to serve as an outpost when he joins them later on. These hypocrites built a Masjid next to the Masjid in Quba', and they finished building it before the Messenger went to Tabuk. They went to the Messenger inviting him to pray in their Masjid so that it would be a proof that the Messenger approved of their Masjid. They told him that they built the Masjid for the weak and ill persons on rainy nights. However, Allah prevented His Messenger from praying in that Masjid. He said to them,
(If we come back from our travel, Allah willing.)'' When the Messenger of Allah came back from Tabuk and was approximately one or two days away from Al-Madinah, Jibril came down to him with the news about Masjid Ad-Dirar and the disbelief and division between the believers, who were in Masjid Quba' (which was built on piety from the first day), that Masjid Ad-Dirar was meant to achieve. Therefore, the Messenger of Allah sent some people to Masjid Ad-Dirar to bring it down before he reached Al-Madinah.
`Ali bin Abi Talhah reported that :
Ibn `Abbas said about this Ayah (9:107), "They are some people of the Ansar to whom Abu `Amir said, `Build a Masjid and prepare whatever you can of power and weapons, for I am headed towards Caesar, emperor of Rome, to bring Roman soldiers with whom I will expel Muhammad and his companions. ' When they built their Masjid, they went to the Prophet and said to him, "We finished building our Masjid and we would like you pray in it and invoke Allah for us for His blessings


Dari penjelasan Ibnu Kathir di atas, kita bisa melihat bahwa Romawi setelah peristiwa perang Uhud sudah menjadi ancaman besar bagi kaum muslimin. Romawi sudah membangun aliansi berbahaya dgn para rahib kristen pembenci Islam serta orang2 munafiq yang berada di sekitar nabi saw. Heraklius memberikan support thd musuh2 dalam selimut berada di sekitar kaum muslimin. Bisa dibayangkan kekuatan adidaya saat itu sedang mengintip-ngintip dan menunggu waktu untuk kemudian menghancurkan kaum muslimin waktu itu. Seorang pemimpin manapun akan menganggap serius situasi demikian.

B. Ka’ab Bin Malik yang diboykot karena tidak ikut perang Tabuk dibujuk Romawi untuk bergabung.
Di dalam poin A di atas kita sudah mendapat bukti ancaman Romawi bagi kaum muslim yg menggunakan orang2 munafiq di sekitar nabi saw sbg akses masuknya kekuatan Romawi. Dalam bukti berikutnya ini diceritakan oleh Ibnu Hisham juga terekam dalam sahih Bukhari kisah 3 orang yang didiamkan karena absentnya mereka dalam perang Tabuk. Kondisi tersebut dimanfaatkan oleh kekuatan Romawi di Ghassan – Syam untuk menciptakan akses baru masuknya kekuatan Romawi. Berikut ceritanya :

Sirah Nabawiyah, Ibnu Hisham, Bab 197 hal. 498 :
Ketika aku sedang berada di pasar, tiba-tiba ada orang Nabthi dari Syam yang biasa membawa makanan untuk dijual di Madinah menanyakan tentang diri ku “siapakah yang bisa mennjukkan Ka’ab bin Malik kepada ku?” orang-orang memberi isyarat kepada ku, kemudian orang tsb datang kepada ku dan menyerahkan surat raja Ghassan kepadaku yang ditulis di kain sutra. Surat berbunyi “‘amma Ba’du, kami mendengar bahwa sahabatmu (Rasululah saw) tdk lagi ramah kepada mu dan Allah tidak akan membiarkanmu di negeri yang engkau dihinakan di dalamnya. Pergilah kepadaku niscaya kami akan membantumu” setelah membaca surat raja Ghassan tsb, aku berkata “ini juga termasuk ujian. Raja Ghassan tsb mendengar apa yg terjadi padaku dan seseorang dari musyrikin menginginkanku, kemudian aku pergi ke tungku membawa surat tsb, menyalakan tungku, dan membakar surat tsb di dalamnya”.

2 bukti yang sudah kita bahas sebenarnya sudah cukup untuk menjelaskan posisi Romawi yang nyata-nyata adalah sebuah ancaman bagi kaum muslim. Sebagai seorang komandan tempur yang ulung, rasulullah saw menciptakan perang lebih kepada pertimbangkan taktik yang hebat dan brilian untuk menyelamatkan kaum muslimin dari segala potensi kekuatan yang akan menghancurkannya. Bukanlah sebuah keputusan hebat dalam taktik peperangan dgn menunggu kaum muslimin dikagetkan oleh penyerangan tiba2 oleh kekuatan musuh dan tidak siap menghadapinya. Taktik serangan preventif inilah yang senantiasa mengantarkan kemenangan pasukan Rasullah saw. Dan 2 bukti di atas ini pula telah menjadi sebuah alasan yang jelas kenapa Romawi diserang oleh kaum muslimin.

C. Romawi menganggap muslim sebagai ancaman/musuh maka demikian pula muslim bertindak waspada thd kekuatan Romawi.
Dimata Romawi Islam bukan lagi permasalahan hati saja, namun merupakan simbol permusuhan politis. Memang waktu itu sekulerisme belumlah populer. Berabad-abad perbedaan keyakinan dgn penguasa dianggap sbg sebuah pemberontakan politik. Agama merupakan kepanjangan tujuan2 politik penguasa. Kisah rahib kristen di atas menjadi bukti bahwa Romawi menggunakan agama sbg alat spionase dan ilfiltrasi kekuatan mereka di dalam meluaskan pengaruhnya. Ibnu Ishaq meriwayatkan sebuah kisah masuk Islamnya gubernur Romawi bernama Farwah bin Amir yang memeluk Islam yang berujung pada kematiannya di tangan orang2 Romawi disebabkan keislamannya.

Sirah Nabawiyah, Ibnu Hisham, Bab 213 hal. 569 :
Ibnu Ishaq berkata “Farwah bin Amr bin Annafirah Al judzami kemudian An Nufatsi mengirim duta kepada Rasulllah saw yang melaporkan ia telah masuk Islam dan menghadiahkan Baghlah putih kepada beliau. Farwah bin Amir adalah Gubernur kerajaan Romawi. Daerah kekuasaannya ialah Mu’an dan daerah2 Syam di sekitarnya. Ketika orang2 Romawi mendengar apa yg dilakukan Farwah bin Amr, mereka mencarinya kemudian menangkapnya dan menawannya di tempat mereka. …… kemudian orang2 Romawi memenggal leher Farwah bin Amr Al judzami di mata air tsb. Mudah-mudahan Allah merahmatinya.

Kisah ini adalah sebuah bukti bahwa Islam memang nyata-nyata dianggap berbahaya oleh Romawi. Oleh karena itulah kenapa Romawi terus mencari jalan untuk menikam ummat Islam mengggunakan cara-cara yang biasa mereka lakukan yakni penyusupan oleh para agamawan kristen yg menjadi agama resmi di kekaisaran Romawi.

KESIMPULAN
:-" Penyerangan Nabi saw terhadap Romawi bukanlah penyerangan tanpa alasan kuat yang menyebabkan Romawi harus diperangi. Romawi sudah menjadi ancaman besar kaum kelangsung hidup kaum muslimin, dimana keterlibatan musuh-musuh dalam selimut menjadikan peluang Romawi untuk menghancurkan kekuatan kaum muslimin lebih besar. Maka demi keamanan kaum muslimin mau tidak mau kekuatan adidaya tersebut harus dilumpuhkan.

:-" Ayat 29 dari surat Attaubah tidak bisa ditafsirkan sbg konsep penyerangan tanpa alasan thd pihak kafir. Muslim tidak mesti perang jika pihak kafir tidak membahayakan kaum muslimin. Perjanjian damai dgn mereka masih diperbolehkan untuk dilakukan, dan bahkan melakukan kerjasama yang dapat saling menguntungkan.



Sekian
HeadFixer

Admin
Admin

Posts : 14
Join date : 2009-05-12

https://fahamislam.board-directory.net

Back to top Go down

Back to top

- Similar topics

 
Permissions in this forum:
You cannot reply to topics in this forum